Pengenalan dari bahaya efek
radiasi dan resiko yang mungkin terjadi menyebabkan National Council on
International Commission on Radiological Protection (ICRP) untuk menetapkan
tuntunan mengenai pembatasan jumlah radiasi yang diterima oleh petugas dan
masyarakat. Sejak ditetapkan tahun 1930, dosis limit ini telah diperbaiki
beberapa kali. Perbaikan ini hasil dari meningkatnya pengetahuan yang diperoleh
selama bertahun-tahun mengenai efek membahayakan radiasi dan kemampuan untuk
menggunakan radiasi secara efisien. Dosis limit paparan karena pekerjaan
ditetapkan untuk meyakinkan kemungkinan terjadinya efek stokastik rendah dan
menguntungkan secara ekonomik.
Pelaksanaan dosis limit ini
harus dipastikan bahwa pelaksanaan dosis limit pada pekerja radiasi yang dapat
menyebabkan kanker tidak lebih besar dari pekerja non radiasi. Dosis limit pada
masyarakat ditetapkan 10 % dari pekerja radiasi. Dosis limit yang rendah ini
diatur karena merupakan resiko yang tidak perlu, variasi dalam resiko kematian
dan tingkat paparan akibat radiasi alam serta kisaran yang lebih luas dari
orang yang sensitive terhadap radiasi ditemukan pada masyarakat umum. Dosis
individu yang dapat diabaikan, ditetapkan oleh NCRP dipertimbangkan sebagai
dosis paparan radiasi yang tidak membahayakan. Berlawanan dengan persetujuan
council mengenai hipotesis non ambang dengan tujuan pengamanan radiasi,
dipercaya bahwa pengaruh dari paparan radiasi yang besar dapat diabaikan.
Prinsip dari proteksi radiasi
harus dikenali oleh setiap orang. Hal ini berdasarkan pada prinsip ALARA (As
Low As Reasonably Achievable) yang menyebutkan bahwa sekecil apapun dosis
radiasi efek stokastik tetap dapat timbul. Data terbaru yang tersedia
menyebutkan bahwa pekerja industri sesuai dengan prinsip ini, selama dosis
rata-rata individu sebesar 1,56 mSv, 3 % dari dosis. Dosis limit ditetapkan
oleh NCRP dan ICRP organisasi swasta non profit yang tidak memiliki kekuatan
hukum, maka setiap pengguna radiasi ionisasi harus berkonsultai dengan biro
pengontrol radiasi di negaranya untuk memperoleh informasi penggunaan dan hukum
terbaru Dosis limit paparan ini hanya berlaku
pada sumber radiasi buatan dan tidak berlaku pada
radiasi alam atau paparan sinar X yang diterima pasien pada prosedur
radiografis saat tindakan medis dan dental (White & Pharoah, 2000).
Nilai batas dosis yang
ditetapkan oleh BAPETEN, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Bapeten No.
01/Ka-BAPETEN/V-99 yaitu mengenai penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui
oleh seorang pekerja radiasi dan anggota masyarakat selama jangka waktu 1
tahun, tidak bergantung pada laju dosis tetapi tidak termasuk penerimaan dosis
dari penyinaran medis dan penyinaran alam. Nilai batas dosis bukan batas
tertinggi yang apabila dilampaui seseorang akan mengalami akibat merugikan yang
nyata. Meskipun demikian setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan
penerimaan dosis harus diusahakan serendah-rendahnya. Nilai batas dosis
tersebut ditetapkan sebagai berikut :
1). Nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk
seluruh tubuh 50 mSv per tahun
2). Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat umum
untuk seluruh tubuh 5 mSv per tahun. Dalam penyinaran lokal pada bagian-bagian
khusus dari tubuh, dosis rata-rata dalam tiap organ atau jaringan yang terkena
harus tidak lebih dari 50 mSv (Depkes, 2006).
PAPARAN PASIEN DAN DOSIS
Dosis pasien dari radiografi
dental biasanya sebesar yang diterima organ target, ukuran yang paling umum
adalah paparan pada kulit atau permukaan. Paparan permukaan yang diperoleh
secara langsung merupakan cara paling mudah untuk mencatat paparan pasien
terhadap sinar X. Rincian jumlah yang kecil tetap dipakai untuk menghitung
dosis yang diterima oleh organ yang berada atau dekat dengan titik pengukuran.
Target organ lain umumnya termasuk sumsum tulang, kelenjar tiroid dan gonad.
Dosis aktif sumsum tulang merpakan ukuran yang penting karena merupakan target
organ yang dipercaya bertanggung jawab atas leukemia akibat radiasi.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada paparan berlebihan di tiroid adalah
bahwa kelenjar ini mempunyai rata-rata kecenderungan kanker yang tinggi. Dosis
gonad penting karena respek genetik terhadap paparan.
DOSIS AKTIF SUMSUNG TULANG
Dosis aktif sumsung tulang
berasal dari dosis jaringan spesifik yang sesuai dengan efek stokastik
sebagian, leukemia. Dosis akut sumsum tulang adalah dosis radiasi rata-rata
yang terdapat pada seluruh sumsum tulang aktif. Dosis sumsum tulang aktif yang
berasal dari survey intraoral seluruh mulut dengan sudut bundar sekitar 0,142
mSv. Sekali terekspos dengan sudut rectangular hanya sekitar 0,06 mSv.
Radiografik panoramik memberikan dosis sumsum tulang aktif sekitar 0,01 mSv/
film. Sebagai perbandingan dosis tulang aktif dalam 1 film thorax adalah 0,03
mSv.
DOSIS TIROID
Besarnya kelenjar tiroid
merupakan faktor penting dalam menentukan besarnya dosis yang diterima. Sebagai
contoh pemeriksaan radiografi dari spina servikal dapat menerima 4 paparan
terpisah dari dosis total, yaitu sekitar 5,5 mGy. Selama pemeriksaan, kelenjar
tiroid berada di pusat radiasi. Disisi lain radiografi thorax hanya memberi
dosis tiroid sebesar 0,01 mGy, umumnya dari radiasi sinar hambur. Beberapa
studi melaporkan bahwa dosis tiroid dari radiografik oral relatif rendah.
Pemeriksaan mulut komplit dengan film A21 memberikan dosis tiroid 0,94 mGy,
nilai ini 1/6 dari pemeriksaan radiografi sinar servikal. Dosis tiroid dalam
radiografi panoramik sekitar 74 μGy, 1% dari pemeriksaan spina servikal.
DOSIS GONAD
Radiografi pada abdomen
memberikan dosis paling tinggi pada gonad; radiografi pada kepala, leher dan
ekstremitas menghasilkan dosis paling rendah. Sebagai contoh radiografi pada
ginjal, ureter dan empedu ( retrograde pyelogram ) dilaporkan memberikan dosis
gonad 1,07 mGy pada wanita dan 0,08 mGy pada pria, etika dosis radiografi
tengkorak kurang dari 0,005 mGy pada keduanya. Sebagai kategori umum,
pemeriksaan sinar X dental hanya memberikan dosis secara umum 1,0 Gy.
Kontribusi ini hanya 0,003 % dari rata-rata paparan pada umumnya.
DOSIS EFEKTIF
Penting untuk dibuat
perbandingan langsung dari hal yang telah dibahas sebelumnya untuk
memperkirakan resiko yang mungkin terjadi, bagaimanapun pernyataan yang
menyebutkan satu radiografi periapikal dental memberikan lebih dari 10x radiasi
sinar thorax ( di bagian paparan permukaan, 217 dengan 16 mR ) tidak sepenuhnya
benar karena perbedaan dalam area paparan dan organ kritis. Perbedaan ini dapat
digantikan dengan kalkulasi dari E, dimana paparan terhadap seluruh
tubuh membawa kemungkinan efek radiasi yang sama dengan paparan sebagian tubuh
dengan metode penghitungan ini survey mulut lengkap dari 20 film dengan dosis
yang optimal ( misal film kecepatan E, sudut rectangular ) ditemukan memerikan
jumlah radiasi ½ dari satu film thorax dan kurang dari 1% jumlah studi Barium
di intestinal
Metode Pengurangan Paparan dan Dosis
Waspada terhadap resiko
potensial berhubungan dengan penggunaan radiasi ionisasi dan resikonya terhadap
kesehatan adalah langkah pertama dalam pengurangan paparan dan dosis dalam
diagnostik radiografi. Langkah yang kedua yaitu menggunakan teknik, material
dan peralatan yang mengoptimalkan proses radiasi. Optimalisasi proses radiologi
merupakan cara terbaik untuk memaksimalkan keuntungan pasien dengan
meminimalkan paparan pada pasien dan operator.
Pada bagian ini, metode
pengurangan paparan dan dosis dijelaskan seperti yang biasa digunakan untuk
radiografi oral. Setiap bagiannya dimulai dengan rekomendasi American Dental
Association (ADA)
Council on Dental Materials,Instruments, and Equipments berdasarkan pada
penggunaan optimal proses radiologi. Hal ini diikuti dengan diskusi sehingga
rekomendasi ini lebih memuaskan. Termasuk juga rekomendasi NCRP dan peraturan
federal mengenai penggunaan radiasi ionisasi.
Sebagai tambahan peraturan
federal, negara memiliki hukum tersendiri mengenai radiasi ionisasi. Meskipun
kebanyakan sama dengan rekomendasi ADA
dan NCRP, seluruh praktisi harus berkonsultasi dengan lembaga pengontrol radiasi
dinegaranya untuk mendapat informasi terbaru.
Seleksi Pasien
Telah dilaporkan bahwa 3 dari 4
kasus ortodontis lebih percaya diri setelah ada bukti radiografi. Pada beberapa
instansi, kurang dari 1 % seluruh radiografi tidak berpengaruh pada perawatan
pasien. Laporan ini menyebabkan keraguan atas penilaian profesional sebagai
kriteria dasar bagi seleksi pasien. Diadakan dua konferensi nasional untuk
menyimpulkan implementasi dan pengembangan kriteria seleksi radiografi yang
lebih spesifik untuk membantu penilaian profesional praktisi. Kriteria ini
menyajikan keterangan yang jelas bagi seleksi pasien, yang dapat mengurangi
jumlah pemeriksaan radiografi yang tidak produktif dan paparan pasien dari
sinar x.
Kriteria seleksi radiografi
yang juga dikenal sebagai highyield atau referral criteria,
adalah riwayat klinis dan historis yang menyediakan informasi pengaruh
pemeriksaan radiografi terhadap perawatan atau prognosis. The Dental Patient
Selection Criteria Panel ditetapkan oleh the Center for Devices and Radiological
Health of the Food and Drug Administration, bertanggung jawab merumuskan
kriteria seleksi bagi radiografi oral. Petunjuk ini menemukan 43% radiograf
digunakan untuk mendeteksi karies, 3,3% untuk mendeteksi lesi. Ketika petunjuk
ini digunakan, jumlah intraosseous yang hilang dan kondisi gigi tidak diperhitungkan,
memberikan variasi diantara klinisi dalam perawatan dan diagnosis. Kebalikan
dari temuan ini, survei melaporkan bahwa hanya 37% dokter gigi yang memilih
untuk selektif sesuai kebutuhan pasien.
Langkah –langkah Pemeriksaan
Ketika telah diputuskan
pemeriksaan radiografi diperlukan, cara pemeriksaan yang dilakukan mempengaruhi
paparan pasien terhadap radiasi sinar x. Langkah pemeriksaan dapat dibagi
menjadi pemilihan peralatan, teknik, operasi peralatan dan proses serta
interpretasi gambar radiografi.
Pemilihan Alat
Pemilihan alat termasuk seleksi
penerima gambar, jarak titik fokus ke film, sudut, filtrasi dan tipe apron dan
kerah timbal.
Seleksi Reseptor
Reseptor gambar intraoral.
Pada 1920, film sinar x gigi biasa diperkenalkan oleh Eastman Kodak Company.
Gambar yang dihasilkan oleh film ini sangat bagus untuk saat itu, tapi
kecepatannya sangat rendah dimana radiografi untuk daerah molar atas dewasa
membutuhkan 9 detik paparan. Sejak saat itu, film yang lebih cepat telah
dikembangkan. Baru-baru ini, film sinar x dental intraoral tersedia dalam 2
kelompok kecepatan D dan E. Secara klinis, kelompok E hampir 2x lebih cepat
dari film kelompok D dan sekitar 50x lebih cepat film biasa. Ini berarti paparan
9 detik pada 1920 telah dikurangi menjadi sekitar 0,2 detik dengan penggunaan
film kecepatan E.
Film yang cepat diperlukan
untuk mengurangi paparan. Kemungkinan penurunan kualitas gambar yang
berhubungan dengan peningkatan kecepatan, peningkatan ukuran atau bentuk
kristal halida perak dalam emulsi film juga harus dipertimbangkan. Apabila
waktu paparan yang lebih singkat meyebabkan kualitas gambar menurun, tidak
menguntungkan menggunakan film cepat. Tak lama setelah film kecepatan E pada
1981 dilakukan studi untuk membandingkan film E dan D dalam hal kualitas
diagnostik gambar. Film E memiliki skala densitas yang sama, kontras yang
sedikit lebih baik dan kualitas gambar yang sama dengan film D bila penanganan
dan proses film diperhatikan dengan baik. Studi ini dan studi lainnya
membuktikan bahwa film E dapat digunakan untuk pemeriksaan radiografik
intraoral rutin tanpa mengorbankan informasi diagnostik.
Pada 1944 Eastman Kodak Company
memperkenalkan film E yang telah disempurnakan (Ektaspeed plus), emulsi yang
berdasarkan pada teknologi tabular grain yang mirip dengan film T-Mat.
Ektaspeed plus lebih cepat dan lebih sensitive pada kondisi saat proses,
terlihat kurang berbutir dan memiliki kontras tinggi dan paparan mirip dengan
film D.Film E dengan kecepatan lain (M2Comfort, Agva Gevaert, N.Y) mirip dengan
Ektaspeed Plus dalam mendeteksi karies. Meski telah dilaporkan keuntungan
menggunakan film E, 73%-89% dokter gigi tetap menggunakan film D.
Pengurangan dosis pasien hingga
60% dibandingkan film E dan 77% film D didapat bila menggunakan radiografi
intraoral digital direct. Pengurangan yang signifikan dosis pasien harus
berbanding terbalik dengan penurunan resolusi gambar yang berhubungan dengan
penggambaran digital. Film radiografi memiliki kemampuan menghasilkan
setidaknya 20 pasang garis per milimeter, dimana gambar digital hanya 11.
Layar penguat. Aslinya
layar penguat digunakan pada radiografi extraoral yang dibuat dari kristal
kalsium tungstate yang mengeluarkan sinar biru ketika berinteraksi dengan sinar
x. Layar kalsium tungstate menggunakan elemen alam gadolinium dan lanthanum.
Fosfor alam yang langka ini mengeluarkan sinar hijau saat berinteraksi dengan
sinar x. Ketika dikombinasikan dengan film sensitive hijau, layar ini menjadi
8x lebih sensitif terhadap sinar x dibandingkan layer penguat konvensional yang
menggunakan film sensitif biru, tanpa menurunkan kualitas gambar. Sensitivitas
yang lebih tinggi atau kecepatan kombinasi film menghasilkan pengurangan
paparan pasien. Dibandingkan dengan layar kalsium tungstate, layar alam
menurunkan paparan pasien pada 55% panoramik dan cephalometrik.
Pengurangan paparan selama
radiografi extraoral didapat dengan penggunaan film T-grain. Dikeluarkan
sebagai T-Mat oleh Eastman Kodak Company pada 1983, film ini mengandung butiran
perak halida yang berbentuk tabung dan lebih datar. Dengan permukaan yang datar
dapat meningkatkan kemampuan memperoleh sinar dari layar penguat. Film T-grain
dengan layar alam 2x lebih cepat dibanding kombinasi film dengan layar
tungstate dan 1 1/3x lebih cepat dari kombinasi film layar alam tanpa
kehilangan kualitas gambar.
Film extraoral terbukti tidak
hanya menurunkan dosis paparan tapi juga ramah lingkungan. Pada 1990, Kodak
memperkenalkan T-Mat/RA (Rapid Access), emulsi yang dapat diproses secara
kimia. Penemuan ini mengurangi waktu proses hingga 45 detik juga menghasilkan
proses kimia ramah lingkungan yang lebih aman dengan memindahkan glutaraldehid.
Film extraoral yang dipapar
oleh layar penguat menghasilkan resolusi gambar setengah dari paparan film
intraoral langsung. Satu alasan degradasi pada sistem extraoral adalah
hilangnya ketajaman gambar dan resolusi akibat sinar yang dikeluarkan oleh satu
layar yang melewati film yang memapar sisi berlawanan dari emulsi film.
Sistem film layar Ultra-Vision
(Du Pont) dirancang untuk meminimalkan efek penggunaan fosfor yang mengeluarkan
sinar ultraviolet, yang kurang mampu melewati film untuk memapar sisi
berlawanan. Gambar yang dihasilkan sistem ini memiliki resolusi lebih tinggi.
Sistem ini dapat digunakan untuk pengurangan 505 paparan. Kodak juga
mengeluarkan Ektavision yang dirancang untuk mencegah crossover, tetapi
dilaporkan meningkatkan paparan.
Mirip dengan intraoral,
panoramik digital dilaporkan menghasilkan pengurangan dosis hingga 79%.
Resolusi gambar dengan sistem ini tampaknya mendekati film T-Mat.
Jarak Titik Fokus ke Film
Dua standar jarak titik fokus
ke film (FSFDs), satu 20 cm (8 inches) dan 41 cm (16 inches). Ketika tabung
sinar x dioperasikan diatas 50 kVp, satu dari jarak ini memenuhi peraturan
federal yaitu jarak sumber sinar x ke kulit harus lebih 18 cm (7 inches) (
diasumsikan 2,5 cm [1 inch] jarak dari permukaan kulit ke film).
Tidak berbeda dengan hukum
federal, keputusan untuk penggunaan didasarkan pada FSFD menghasilkan paparan
pasien yang rendah dan gambar diagnostik terbaik. Satu studi pada paparan
pasien dari pemeriksaan radiografik intraoral membandingkan 20 cm FSFD dengan
40 cm FSFD pada dosis organ. Hasilnya menunjukkan penurunan 38% dosis tiroid dengan
jarak lebih jauh ketika digunakan sinar sinar x 90 kVp dan penurunan 45% pada
70 kVp. Hasil ini muncul pada penggunaan film cepat (D atau E) dan termasuk
fakta bahwa pemeriksaan intraotal dengan 40 cm FSFD terdiri dari 21 film dan 20
cm FSFD hanya terdiri dari 18 film.
Sebagai tambahan pada penurunan
dosis tiroid yang diperoleh dengan FSFD yang lebih panjang, penggunaan jarak
yang lebih jauh diperkirakan menghasilkan pengurangan 32% volume jaringan
terpapar. Hal ini karena jarak yang lebih besar, dan sudut sinar x yang kurang
divergen (Gbr 3-3). Pengurangan volume jaringan terpapar harus diikuti
pengurangan E. Studi terbaru melaporkan penurunan E akibat
penggunaan 30-cm FSFD dibanding 20-cm FSFD pada simulasi 19 film pemeriksaan
mulut lengkap menggunakan film D. Penggunaan FSFD yang lebih panjang juga
memperlihatkan ukuran titik fokus dan karenanya secara teoritis meningkatkan
resolusi gambar radiografi. Gambaran klinis pengaruh ukuran titik fokus pada
resolusi gambar masih dipertanyakan.
Collimation
Peraturan federal mengharuskan
penggunaan sudut sinar diatur sehingga daerah radiasi pada permukaan kulit
pasien adalah “…memiliki diameter lingkaran tidak lebih dari 7cm (2 ¾ inches)…”
ketika tabung sinar dioperasikan diatas 50 kVp. Pada film intraoral no.2 (3,2 x
4,1 cm), ukuran daerah hampir 3x paparan pada film. Seharusnya, paparan pasien
dapat dikurangi dengan membatasi sudut sinar x lebih dari yang tertera dalam
pernyataan diatas. Hasil ini tidak hanya menurunkan paparan pasien tapi juga
meningkatkan kualitas gambar. Jumlah radiasi yang dihamburkan harus sebanding
dengan area terpapar. Apabila radiasi sinar hambur menurun, kabut pada film
menurun dan kualitas gambar meningkat.
Juga, pengurangan sudut menghasilkan ketajaman gambar
karena pengurangan fenomena geometrik penumbra.
Pembatasan sudut dapat
disempurnakan dengan satu atau kombinasi beberapa metode. Pertama, rectangular
position-indicating device (PID) dapat terkait dengan tempat tabung
radiografik (Gambar 3-40). Penggunaan rectangular PID yang memiliki orifis
3,5x4,4 cm ( 1,38 x 1,34 inches) mengurangi area permukaan kulit pasien yang
terpapar 60% dibanding yang round (7 cm) PID (Gambar 3-3, C). Menurut FSFD,
penggunaan tabung rectangular dapat menurunkan E sebesar 71%-80%,
pengurangan yang signifikan. Tetapi pengurangan sudut ini cukup sulit. Untuk
menghindari kemungkinan ketidakpuasan radiografi (cone cutting),
direkomendasikan penggunaan instrument pemegang film yang terletak di pusat
tabung dekat film.
Kedua, pemegang film dengan
collimator rectrangular digunakan bersama round PIDs; alat-alat tesebut
mengurangi paparan pasien sama dengan rectrangular PIDs. Penelitian mengenai E
yang diterima selama pemeriksaan mulut lengkap yang dibuat dengan pemegang
film menggunakan tabung rectangular dan bundar, tabung rectangular mengurangi
dosis pasien pada pemeriksaan intraoral sekitar 60% (Tabel 3-4). Kedua
instrumen presisi (Masel Enterprises, Bristol, Penn.) dan instrumen XCP
(Dentsply/Rinn, Elgin, Ill) dengan Tabung rectangular terpasang pada ujung cincin
(Gambar 3-7) dapat diharapkan memberi hasil yang serupa.
Keuntungan tabung rectangular
pada kualitas gambar dan paparan pasien tidak terlihat pada praktek klinik.
Hanya 5%-8% dokter gigi menggunakan tabung rectangular.
Filtrasi
Sinar sinar x yang dikeluarkan
dari tabung radiografik tidak hanya terdiri dari photons sinar x energi tinggi,
tetapi juga banyak photons dengan energi relatif rendah. Photons energi rendah,
yang memiliki kekuatan penetrasi, akan diserap oleh pasien dan tidak memberikan
informasi apapun pada film. Tujuan dari filtrasi konvensional adalah untuk
memindahkan photons energi rendah ini dari sinar x. Hasil ini menurunkan
paparan pasien tanpa kehilangan informasi radiologik.
Efek menguntungkan filtrasi
telah diketahui sejak lama. Ketika tabung sinar x difiltrasi dengan 3 mm
alumunium, paparan permukaan berkurang 20%. Berhubungan hal ini, pemerintah
federal merancang jumlah filter yang dibutuhkan untuk mesin sinar x dental yang
dioperasikan berbagai kilovolt. Jumlah ini menunjukkan kualitas tabung
(half-value layer [HVL]) terdapat di Tabel 3-5. Sejalan dengan peraturan ini,
pada 1993 Nation wide Evaluation of Sinar x Trends (NEXT) mengeluarkan
rata-rata HVL 2,3 mm alumuniun, setara dengan sekitar 73 kilovolt.
Studi menunjukkan paparan pasien
dapat dikurangi dengan memindahkan photons energi sinar x rendah dan tinggi
dari tabung, meninggalkan photons energi midrange memapar film. Saran ini
dihasilkan dari penemuan bahwa energi sinar x paling efektif memproduksi gambar
antara 35-55 keV. Filtrasi selektif dari photon energi rendah dan tinggi
ditunjukkan oleh samarium, erbium, yttrium, niobium, gadolinium,
terbium-activated gadolinium oxysulfide(Lanex, Eastman Kodak), dan thulium
activated lanthanum oxybromida (Quanta III, DuPont). Penggunaan bahan ini
dikombinasi dengan filtrasi alumunium mengurangi paparan pasien 20%-80%
dibanding filtrasi alumunium konvensional. Bagaimanapun pengurangan paparan
yang didapat dari filtrasi alam bukan tanpa resiko. Penggunaan filter ini
membutuhkan peningkatan waktu paparan (50%), meningkatkan muatan tabung sinar x
dan kemungkinan pergerakan pasien selama paparan. Kualitas gambar juga dapat
dipengaruhi penurunan kontras, ketajaman dan resolusi.
Apron dan Kerah Timbal
Dosis gonad dari radiografi
oral adalah minimal. Dasar perlindungan radiasi dari prinsip ALARA menyebutkan
bahwa tidak peduli sekecil apapun dosis, efek merusak tetap ada. Setiap dosis
yang dapat dikurangi tanpa kesulitan, pengeluaran atau ketidaknyamanan harus
dikurangi. Data terbaru menunjukkan paparan pada film periapikal dental adalah
217 mR. Bila dosis gonad sama dengan 1/10000 dari total ambang paparan, dosis
dari satu film periapikal dental dikalkulasi menjadi 0,02 mR. Tidak peduli
sekecil apaun, dosis ini tetap menunjukkan ukuran kuantitas yang 2x dari dosis
toleransi dan menurut ALARA harus dikurangi jika mungkin. Solusi untuk hal ini
adalah penggunaan apron timbal, yang dapat mengurangi 98% radiasi sinar hambur
ke gonad. Dengan penggunaan alat ini, dosis gonad dari satu film periapikal
dental dapat dikalkulasikan menjadi 0,4 R. Jumlah ini 60x lebih sedikit dari
dosis yang dihasilkan satu penerbangan pesawat.
Meski kalkulasi dan
perbandingan menunjukkan bahwa dosis gonad relatif kecil, tidak ada argumentasi
yang valid untuk tidak menggunakan apron secara rutin (Gbr 3-8). Argumen serupa
berlaku bagi tiroid yang ditemukan dapat mengurangi paparan terhadap kelenjar
ini hingga 92% (Gbr 3-9). Penggunaan alat ini tidak sulit, tidak beresiko
ataupun tidak nyaman, bahkan alat ini memperhatikan kepentingan pasien.
Hal ini dan berbagai informasi
berhubungan dengan dosis pada janin selama prosedur radiografi oral dan
rekomendasi NCRP mengenai paparan pada janin embrio maka Dental Patient
Selection Criteria Panel memutuskan bahwa pemeriksaan radiografi bukan
kontraindikasi pada kehamilan. Tetapi keputusan menggunakan sinar x ketika
pasien hamil tergantung individu. Pasien harus waspada pada kebutuhan radiograf
dan jumlah relatif paparan sebelum film dibuat.
Pemilihan Teknik Intraoral
Tidak ada rekomendasi atau
pengaturan yang spesifik mengenai teknik radiografi intraoral. Oleh karena itu
pemilihan teknik (bisektris atau paralel) terserah pada praktisi. Apapun teknik
yang dipilih, film holder harus digunakan. Pengurangan yang signifikan
terlihat ketika alat ini digunakan disbanding dukungan manual dari pasien.
Keputusan teknik mana yang
digunakan harus berdasar pada kualitas diagnostik hasil radiografi, efisiensi
penggunaan radiasi dan kenyamanan teknik. Semakin efisien teknik, radiograf
tidak perlu diulang dan paparan semakin sedikit. Studi mengenai perbandingan
efisiensi teknik bisektris dan paralel menyatakan bahwa jumlah radiograf yang
tidak terdiagnosis berkurang lebih dari setengahnya ketika pemeriksaan lengkap
intraoral dilakukan dengan teknik paralel. Bila diasumsikan bahwa seluruh radiograf
yang tidak terdiagnosis diulang, penggunaan teknik bisektris mengarah pada
peningkatan paparan yang signifikan. Studi ini menggunakan instrumen Rinn XCP
untuk penempatan film paralel, tapi laporan mengenai efisiensi penggunaan
instrumen Precision menunjukkan hasil yang serupa. Instrumen Precision dengan
sudut rectangular mengurangi paparan , meski hasil serupa dapat diperoleh
dengan Rinn XCP dan PID rectangular atau Collimator rectangular yang dijepit ke
cincin.
Pengoperasian Alat
Pengoperasian peralatan sinar x
termasuk seleksi terhadap faktor teknik mesin yang memadai, kilovoltage dan
miliampere-seconds. Kilovoltage . Praktisi dapat memilih kilovoltage tinggi
(90) atau rendah (70) yang sesuai untuk keperluan diagnosis. Kilovoltage adalah
faktor paparan yang mengendalikan ambang energi sinar x. Bila kilovoltage
menurun, ambang energi sinar x yang efektif menurun dan kontras gambar
radiografik meningkat. Dalam teori kontras gambar yang tinggi lebih sesuai
untuk menggambarkan perbedaan besar densitas pada objek seperti karies atau
kalsifikasi jaringan lunak.Tetapi pengaruh kilovoltage terhadap keakuratan
diagnosis karies tidak terlalu penting. Bila kilovoltage meningkat, ambang
energi sinar x meningkat dan kontras gambar radiografi menurun. Gambar dengan
kontras rendah memungkinkan visualisasi perbedaan kecil densitas dalam objek.
Tipe kontras gambar lebih berguna pada diagnosis periodontal dimana perubahan
dalam tulang harus dapat dideteksi. Teknik kilovoltage tinggi menghasilkan
kontras gambar rendah juga mengurangi dosis efektif pada pemeriksaan intraoral.
Dosis efektif yang berasal dari produksi
radiograf dengan densitas yang dapat dibandingkan
berkurang 23% dengan peningkatan kilovoltage dari 70 ke 90.
Pengenalan potensial tetap atau
unit sinar x dental frekuensi tinggi memungkinkan untuk menghasilkan radiograf
berkualitas diagnosis dengan kilovoltage rendah dan kadar pengurangan radiasi.
Mesin Intrex (Keystone Sinar x), yang dioperasikan pada 70 kVcp, dibandingkan
dengan unit sinar x konvensional self-rectified yang juga dioperasikan
pada 70 kVp. Paparan permukaan yang diperlukan untuk menghasilkan densitas
radiografik lebih rendah 26% pada unit Intrex constant-voltage. Penemuan ini
berasal dari fakta bahwa ambang sinar x yang dihasilkan oleh mesin Intrex sama
dengan energi photon yang mendekati dengan yang dihasilkan unit self-rectified
yang dioperasikan pada 80kVp.
Milliampere-seconds. Dari tiga kondisi teknis
(voltage tabung, filtrasi dan waktu paparan), waktu paparan merupakan faktor
paling krusial yang mempengaruhi kualitas diagnostik. Dalam hal paparan,
kualitas gambar optimal adalah densitas diagnostik, dan bukan overexposed (terlalu
gelap) atau underexposed (terlalu terang). Keduanya merupakan paparan
yang tidak perlu. Densitas gambar dikendalikan oleh kuantitas sinar x yang
dihasilkan, yang paling baik dikontrol oleh kombinasi miliampereage dan waktu
paparan yang disebut milliampereseconds(mAs).
Densitas diagnostik merupakan
pilihan masing-masing sebagai petunjuk. Paparan pasien secara langsung berhubungan
dengan mAs. Tabel 3-6 mendata kisaran nilai mAs yang diperlukan untuk memapar
film intraoral sehingga didapat densitas yang tepat. Secara umum radiograf
dengan densitas tepat harus memperlihatkan gambaran jaringan lunak yang kabur.
Hal ini berhubungan dengan densitas optikal sekitar 1,0 dalam email dan dentin.
Tingkat densitas gambar ini dapat diperoleh dengan menggunakan nilai yang ada
dalm tabel, setelah mempertimbangkan umur dan kondisi fisik pasien. Sebagai
contoh, 2,2 mAs disarankan untuk dewasa ketika digunakan film E dan 90
kilovoltage. Nilai ini didapat dengan menggunakan milliamperage 10 dan waktu
paparan 0,22 detik (13 impuls). Bila kilovoltage ditingkatkan untuk mengurangi
kontras gambar, mAs harus dikurangi atau film akan overexposed.
Waktu foto secara rutin
digunakan pada beberapa prosedur radiografik medis. Teknik ini menggunakan phototimer
untuk mengukur jumlah radiasi yang mencapai film dan secara otomatis
memutuskan paparan setelah radiasi yang mencapai film mencukupi untuk menghasilkan
densitas yang tepat. Teknologi ini tersedia pada beberapa mesin
panoramik;kemampuan photodioda yang sangat kecil memungkinkan tipe ini
mengontrol paparan secara otomatis dalam radiografi intraoral.
Pemrosesan Film
Sebab utama paparan radiasi
pada pasien yang tidak perlu adalah kelebihan paparan pada film yang disengaja.
Overexposed adalah kompensasi dari kegagalan pemrosesan film. Hal ini
tidak hanya menyebabkan paparan yang tidak perlu, tapi juga menghasilkan film
yang yang tidak memenuhi kualitas diagnosis. Sebaliknya paparan radiografi yang
tepat menjadi tidak berguna bila tidak memenuhi kualitas diagnostik akibat
kesalahan prosedur pemrosesan. Sebuah studi menyebutkan bahwa 6% dari radiograf
dental yang diterima tidak memadai karena pemrosesan yang tidak tepat. Studi
lain pada 500 foto panoramik menemukan bahwa rata-rata film mengandung
setidaknya satu kesalahan proses. Waktu-temperatur proses, dan menjaga keadaan
ruang gelap adalah cara terbaik untuk memperoleh kualitas film optimal.
Penggunaan mesin untuk proses
film dental semakin meluas. Sebanyak 93% dokter gigi dilaporkan telah
menggunakan prosesor film dental. Prosesor film dapat meningkatkan paparan
pasien bila tidak dikendalikan secara tepat. Suatu studi menunjukkan bahwa 30%
dari pengulangan foto disebabkan oleh densitas film tidak tepat yang secara
langsung berhubungan dengan perubahan prosesor. Pengenalan mengenai program
pengendalian dapat mengurangi rata-rata pengulangan, yang dapat mengurangi
paparan pasien dan resiko operator.
Interpretasi Gambar
Radiograf paling baik dilihat
dalam ruang agak gelap dengan sinar yang mengarah langsung ke film; semua sinar
dari luar harus dihilangkan. Radiograf harus dipelajari dengan kaca pembesar
untuk mendeteksi perubahan mendetil densitas gambar. Berbagai intensitas sumber
sinar juga harus tersedia. Hal ini dapat menggantikan film overexposed atau
underexposed atau film dengan kesalahan proses. Banyak film dapat
diselamatkan dengan cara ini, termasuk menghindari pengulangan foto dan paparan
radiasi tambahan ( Goaz, 1994).
MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI
Menurut peraturan pemerintah
no. 63 tahun 2000 setiap instalasi yang menggunakan radiasi pengion wajib
menerapkan Manajemen Keselamatan Radiasi, yang meliputi (Depkes RI, 2006) :
1) Organisasi Proteksi Radiasi
Pengusaha/Instalasi yang menggunakan sumber radiasi
pengion wajib membentuk organisasi proteksi radiasi agar dalam pemanfaatan
tenaga nuklir semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dapat
dilaksanakan sesuai ketentuan.
2) Pemantauan Dosis Radiasi dan Radioaktivitas
Untuk mengetahu besar dosis yang diterima oleh
pekerja radiasi maka dilakukan pemantauan dosis. Setiap pekerja radiasi wajib
menggunakan dosimeter perorangan baik yang dapat dibaca langsung maupun yang
tidak dapat dibaaca langsung sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.
3) Peralatan Proteksi Radiasi
Pengusaha/Instalasi yang menggunakan sumber radiasi
pengion harus menyediakan dan mengusahakan peralatan proteksi radiasi,
pemantauan dosis perorangan, pemantauan daerah kerja dan pemantauan lingkungan
yang dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang
digunakan.
4) Pemeriksaan Kesehatan
Setiap orang yang akan bekerjaa sebagai pekerja
radiasi harus sehat dan minimal berusia 18 tahun. Pengusaha instalasi harus
menyelenggarakan pemeriksaan yang meliputi; pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, pemeriksaan berkala selama masa kerja, dan pemeriksaan kesehatan pada waktu
pemutusan hubungan ke rja. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan
pemeriksaan khusus.
5) Penyimpanan Dokumentasi
Dokumentasi yang memuat catatan dosis, hasil
pemantauan daerah kerja, hasil pemantauan lingkungan, dan kartu kesehatan
pekerja harus disimpan paling tidak selama tiga puluh tahun terhitung sejak
pekerja radiasi bekerja.
6) Jaminan Kualitas
Program jaminan kualitas harus dilakukan sejak dari
perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan perawatan.
7) Pendidikan dan Pelatihan.
Setiap pekerja radiasi harus memperoleh pendidikan
dan pelatihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja terhadap radiasi.